Teks Drama 'PEMBERONTAKAN MANGKUBUMI'
Teks Drama
PEMBERONTAKAN MANGKUBUMI
Pada
1740, terjadilah sebuah perlawanan orang-orang Cina di Batavia. Perlawanan ini
kemudian menyebar hingga seluruh Jawa. Di awal-awal pemberontakan, Pakubuwono
II, kakak dari Pangeran Mangkubumi, ikut memberi dukungan pemberontakan
tersebut. Tapi, ketika melihat Belanda dalam hal ini VOC unggul, Pakubuwono II
kemudian berubah pikirannya. Sekitaran tahun 1742, istana Kartasura diserbu
oleh orang-orang Cina yang notabenya dicap sebagai pemberontak. Hal ini membuat
Pakubuwono II terpaksa memindahkan ibukota kerajaan ke Surakarta. Sementara,
pemberontakan tersebut berhasil dibumi hanguskan oleh VOC dibantu Cakraningrat
IV dari Madura.
Sementara
itu, pada usianya yang masih menginjak 14 tahun, Raden Mas Said sudah diangkat
sebagai gandek kraton dan diberi gelar R.M.Ng. Suryokusumo.
PART
1
Raden Mas Said : (masuk
dari dalam) Ah, aku merasa sudah cukup berpengalaman sebagai gandek, kalau
aku minta kenaikan pangkat boleh juga ya. Hmm.
Figuran 1 : (berteriak dari luar) Yang Mulia Pakubuwono II telah datang....
(Raden
Mas Said berlutut; Pakubuwono II masuk dari luar bersama patihnya)
Raden
: Terimalah penghormatan
hamba Yang Mulia!
Pakubuwono
II : Bangunlah. Ada apa kau datang
kemari, Said?
Raden : (berdiri tapi tetap
menunduk) Ampun beribu ampun Yang Mulia, hamba datang untuk mengajukan kenaikan
pangkat Yang Mulia.
Patih : Apakah aku tidak salah
dengar? Bukankah kau membantu pemberontakan orang-orang Cina itu? Sekarang kau
malah meminta kenaikn pangkat? Yang benar saja.
Raden : Itu adalah sebuah tuduhan
tanpa bukti. Hamba bersumpah tidak membantu orang-orang Cina itu Yang Mulia.
Pakubuwono II : Wah wah wah. Sepertinya aku tidak bisa
memenuhi permintaanmu, Said.
Patih : Sudah sana pergilah!
(Raden
menatap patih dengan tatapan marah kemudian pergi keluar tanpa berkata apa-apa.
Pakubuwono II keluar ke dalam)
PART 2
Raden : Hah bisa-bisanya patih
sialan itu menuduhku tanpa bukti apapun! Benar-benar mengesalkan.
(R. Sutawijaya dan Suradiwangsa masuk dari luar)
Sutawijaya : Ada apa saudaraku? Kau tampak
sangat kesal setelah keluar dari ruangan Yang Mulia.
Raden : Patih sialan itu menghinaku.
Suradiwangsa : Oh patih itu, dia memang menyebalkan. (berbisik) Dengar-dengar dialah yang
bekerja sama dengan VOC.
Raden : Bagaimana kalau kita
melakukan perlawanan saja ke VOC? Daripada dituduh hal yang tidak aku lakukan
lebih baik aku melakukannya sekalian.
Sutawijaya : Aku ikut.
Suradiwangsa : Bagaimana kalau kita berangkat malam ini
ke Nglaroh?
Sutawijaya : Iya, kita bisa menyusun kekuatan
kita disana.
Raden : Baiklah, siapkan diri
kalian. Kita akan mulai berperang.
(Raden Mas Said, R. Sutawijaya, dan Suradiwangsa keluar di luar)
Perlawanan
Mas Said ternyata cukup kuat karena mendapat dukungan dari masyarakat dan ini
merupakan ancaman yang serius bagi eksistensi Pakubuwana II sebagai raja di
Mataram. Oleh para pengikutnya Mas Said diangkat sebagai raja baru dengan gelar
Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara Senopati Sudibyaning Prang. Raden Mas
Said dan para pengikutnya berhasil menguasai Sukawati.
PART
3
Figuran : Wara-wara! Wara-wara!
(semua masuk dan mendengarkan dengan antusias)
Figuran 1 : Telah diberikan titah oleh
Baginda Raja Pakubuwono II, Raja dari Mataram. Barang siapa baik pria maupun
wanita ataupun kelamin ganda yang bisa merebut kembali Sukawati dari Mas Said,
akan diimbali tanah seluas 3.000 cacah. Maka berlomba-lombalah kalian semua! (keluar)
Figuran 2 : Hidup Raja Mataram! (sambil mengepalkan tangan ke atas)
Semua : Hidup! (sambil mengepalkan tangan ke atas)
Figuran 2 : Hidup Raja Mataram! (sambil mengepalkan tangan ke atas)
Semua : Hidup! (sambil mengepalkan tangan ke atas)
Figuran 2 : Hidup Raja Mataram! (sambil mengepalkan tangan ke atas)
Semua : Hidup! (sambil mengepalkan tangan ke atas)
(berteriak sambil bergerak keluar kecuali Mangkubumi)
Mangkubumi : Wah asik juga nih! Aku harus segera
meyusun pasukan untuk mengalahkan Said. Aku juga bisa melihat seberapa jauh
komitmen dan kejujuran Pakubuwono II itu. (keluar)
PART 4
Sementara itu, di
Sukowati...
(Sutawijaya, Suradiwangsa, dan Raden Mas Said masuk bersama sambil
ngobrol)
Sutawijaya : Hari ini, aku mendengar kabar dari
pasar bahwa Pakubuwono II telah membuat sayembara untuk merebut kembali
Sukawati dari kita.
Suradiwangsa : Benarkah yang kau dengar itu? Kita akan
menghadapi banyak musuh.
Raden : Meskipun begitu kita tetap
tidak boleh goyah, saudaraku. Kita harus tetap berjuang daripada tunduk kepada
raja dan patih sialan itu.
Suta dan Sura : Sangat setuju!
(mereka bertiga keluar)
PART 5
Pada tahun 1746 di Sukawati.
(Raden
Mas Said masuk, lalu Sutawijaya dan
figuran 1 berlari masuk)
Sutawijaya : Said! Pasukan Mangkubumi datang!
(Mangkubumi,
diikuti pakubuwono dan narator, disini sebagai pasukannya Mangkubumi masuk)
Mangkubumi : Seraaangggg!
(Perang-perangan
sampai Raden Mas Said, dkk keluar)
Mangkubumi : Terima kasih kalian telah membantuku,
sekarang aku akan menemui baginda dan memberikan kabar gembira ini.
N+P : Baik, Tuan!
(semua
keluar)
PART 6
(Patih
Pringgalaya dan Pakubuwono II masuk)
Patih : Yang mulia, saya telah
mendengar bahwa Mangkubumi telah berhasil mengalahkan Raden Mas Said dan
pasukannya dan telah merebut kembali Sukawati.
Pakubuwono II : Sebentar lagi pasti dia datang menemuiku
untuk meminta imbalannya.
Patih : Apakah tidak lebih baik
jika Yang Mulia tidak usah memberikan tanah itu kepadanya?
Pakubuwono II : Tapi aku adalah seorang raja, Patih. Aku
harus menepati ucapanku, sabda pandhita ratu datan kena wola-wali.
Patih : Bagaimana jika setelah itu
Mangkubumi malah berbalik memusuhi Yang Mulia?
Pakubuwono II : Hmm, ada benarnya juga kau.
Figuran 1 : Mangkubumi meminta ijin menghadap
Yang Mulia...
Pakubuwono II : Biarkan dia masuk.
(Mangkubumi masuk)
Mangkubumi : (berlutut) Terimalah penghormatan hamba
Yang Mulia!
Pakubuwono II : Bangunlah!
(Mangkubumi bangun tapi tetap menunduk)
Pakubuwono II : Aku sudah mendengar semuanya. Tapi,
sepertinya aku tidak bisa memberikanmu tanah itu. Sebagai gantinya, aku akan
memberikan sejumlah exmas padamu.
Mangkubumi : Sabda pandhita ratu datan kena
wola-wali, Yang Mulia harus menepati ucapan yang telah Yang Mulia katakan.
Pakubuwono II : Berani-beraninya kau mengajariku,
Mangkubumi! (marah, hampir memukul)
Figuran 1 : Baron van Inhoff ingin menemui
Yang Mulia...
Pakubuwono II : Biarkan dia masuk.
Baron : Halo, yang mulia, patih!
Wah, anda sedang ada tamu rupanya. Apakah saya mengganggu?
Patih : Halo, Baron!
Pakubuwono II : Tentu saja tidak sahabatku, ada perlu apa
kau kemari?
Baron : Saya dengar Mangkubumi
telah memenangkan sayembara.
Patih : Berita menyebar sangat
cepat rupanya.
Baron : Tentu saja. Apakah dia Mangkubumi?
Pakubuwono : Iya, benar. Tapi, aku berencana
mengganti hadiahnya dengan sejumlah emas.
Mangkubumi : Saya tetap menginginkan tanah itu, Yang
Mulia.
Baron : Wah wah wah lihat siapa
yang berbicara. Pangeran Mangkubumi sepertinya
terlalu ambisi mencari kekuasaan.
Mangkubumi : Berani-beraninya kau berbicara seperti
itu. Kau tidak punya hak untuk berbicara mengenai politik kerajaan Baron!
(marah)
Baron : Oh ya?
Mangkubumi : (menatap
tajam Baron, keluar tanpa berkata-kata)
PART 7
Tidak ada pilihan lain bagi Mangkubumi
kecuali angkat senjata untuk melawan VOC yang telah semena-mena ikut campur
tangan pemerintahan kerajaan. Hal ini sekaligus untuk memperingatkan kakaknya,
Pakubuwana II agar tidak mau didikte oleh VOC. Pangeran Mangkubumi dan pengikutnya
pertama kali pergi ke Sukawati untuk menemui Raden Mas Said.
(Raden
Mas Said dan Mangkubumi masuk bersama)
Raden : Apalagi yang kauinginkan
Mangkubumi?
Mangkubumi : Ijinkan aku bergabung denganmu.
Raden : Apa maskutmu?
Mangkubumi : Aku ingin bergabung denganmu untuk
melawan VOC.
Raden : Hahahaha. Apa katamu? Baru
kemarin kamu menyerangku dan sekarang kamu berkata ingin bergabung denganku?
Bagaimana aku bisa mempercayaimu?
Mangkubumi : Ini memang aneh, maafkan aku, aku
kemarin belum sadar akan apa yang telah dilakukan VOC, aku sekarang sudah tau
semua tipu muslihat mereka. Bagaimana jika sebagai gantinya aku berikan putriku
Rara Inten untuk kau peristri?
Raden : Wah, tawaranmu cukup
menggiurkan. Biarkan aku memikirkannya.
Mangkubumi : Baiklah, aku tunggu persetujuanmu. (keluar)
(Raden Mas Said juga keluar sambil bergumam)
PART 8
Akhirnya, kedua pihak bersepakat untuk
bersatu melawan VOC. Untuk memperkokoh persekutuan ini, Raden Mas Said
dijadikan menantu oleh Pangeran Mangkubumi. Mangkubumi dan Mas Said sepakat
untuk membagi wilayah perjuangan. Raden Mas Said bergerak di bagian timur,
daerah Surakarta ke selatan terus ke Madiun, Ponorogo dengan pusatnya Sukawati.
Sedangkan Mangkubumi konsentrasi di bagian barat Surakarta terus ke barat
dengan pusat di Hutan Beringin dan Desa Pacetokan. Pangeran Mangkubumi
membawahi sejumlah 13.000 prajurit, termasuk 2.500 prajurit kavaleri. Selang
setahun berikutnya, tepatnya pada 1947, pecahlah perang saudara antara kubu
Pakubuwono II yang didukung Belanda dengan kubu Pangeran Mangkubumi bersama
Raden Mas Said.
(Pakubuwono
II masuk bersama Patih Pringgalaya)
Pakubuwono
II : Sepertinya umurku sudah tidak
panjang lagi, Patih.
Patih : (hanya diam)
Pakubuwono II : Tolong, kau panggilkan Baron, aku ingin
membicarakan sesuatu kepadanya. (batuk)
Patih : Baik, Yang Mulia. (keluar)
Figuran
1 : Baron van Imhoff ingin
menemui Yang Mulia...
Pakubuwono
II : Persilahkan dia masuk.
Baron : Halo, Yang Mulia! Bagaimana
kabarmu kudengar kau sakit?
Pakubuwono II : Halo, Baron! Ya, seperti yang kau lihat,
aku tidak baik-baik saja. (batuk) Aku
ingin membicarakan hal penting denganmu.
Baron : Mengenai apa ini?
Pakubuwono II : Seperti yang kita semua ketahui, saat ini
Kerajaan Mataram sedang melawan pemberontakan yang dilakukan oleh Mangkubumi
dan Mas Said. Jadi sebelum aku mati, aku ingin melindungi kerajaan ini.
Baron : Jadi apa yang bisa
kulakukan untukmu saudaraku?
Pakubuwono II : (menyerahkan
dokumen)
Baron : (menerimanya lalu membacanya) Hmm, tawaran yang menarik. Susuhunan
Pakubuwana II menyerahkan Kerajaan Mataram baik secara de facto maupun de jure
kepada VOC; hanya keturunan Pakubuwana II yang berhak naik tahta, dan akan
dinobatkan oleh VOC menjadi raja Mataram dengan tanah Mataram sebagai pinjaman
dari VOC; putera mahkota akan segera dinobatkan. Tentu saja aku
akan mengabulkannya saudaraku, demi melindungi Surakarta aku akan melakukan
segalanya. (tersenyum, mengeluarkan
bolpoin lalu menandatanganinya dan menyerahkan kembali ke Pakubuwono II)
Pakubuwono II : (menandatangani
bagiannya, menyerahkan salah satu copyan dokumen ke Baron) Terimakasih,
Baron. Kau bisa pergi sekarang, dan aku akan mati dengan tenang.
Baron : Baiklah aku pergi, sampai
jumpa lagi saudaraku. (keluar diikuti
Pakubuwono II)
PART 9
Sembilan hari setelah penandatanganan perjanjian itu
Pakubuwana II wafat. Tanggal 15 Desember 1749 Baron van Imhoff mengumumkan
pengangkatan putera mahkota sebagai Susuhunan Pakubuwana III. Sementara itu,
Mangkubumi juga sudah menobatkan dirinya sebagai raja bergelar Pakubuwono III
tanggal 12 Desember. Pada 1752, Mangkubumi berselisih dengan Raden Mas Said.
Sehingga, keduanya kemudian jalan sendiri-sendiri.
(Baron
masuk)
Figuran
2 : Pangeran Mangkubumi ingin
menemui Anda, Tuan...
Baron : Persilahkan dia masuk.
(Mangkubumi
masuk)
Baron : Halo, Mangkubumi! Apakah
kau menginginkan sesuatu dariku setelah kau memberontak kepadaku?
Mangkubumi : (berlutut)
Aku akan berjanji setia kepadamu, aku butuh bantuanmu untuk melawan Mas Said.
Baron : Hahahahahahaha. Kau lucu
sekali. Biarkan aku berpikir dulu.
Mangkubumi : (berdiri)
Aku tunggu keputusanmu. (keluar)
PART 10
(Mangkubumi
dan Nicolas Hartingh masuk)
Nicolas
Hartingh : Ini bacalah, jika kau setuju
kita akan membantumu.
Mangkubumi : Jadi,
jika VOC membantuku menumpas Raden Mas Said, aku akan mendapatkan setengah dari
wilayah kerajaan Pakubuwono III. Sementara daerah pesisir akan dikuasai VOC
dengan harga 20 ribu real - dibagi dua antara aku dengan Pakubuwono III
masing-masing mendapat 10 ribu real.
Nicolas
: Benar, bagaimana?
Mangkubumi : Baiklah aku setuju. (menandatangani) Terima kasih, aku pergi
dulu. Sampai jumpa.
Nicolas : Mari kuantar sampai depan.
(Mangkubumi
dan Nicolas keluar bersama)
Pada 13 Februari 1755, ditandatanganilah
perjanjian Giyanti yang membagi wilayah kerajaan Pakubuwono III menjadi dua.
- Kerajaan Mataram Barat diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi. Kerajaannya dinamakan Yogyakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.
- Kerajaan Mataram Timur beribu kota di Surakarta dikuasai oleh Paku Buwono III.
Sejak kesepakatan itu, Yogyakarta
menjadi sebuah kerajaan sendiri yang berdaulat. Di mana, Pangeran Mangkubumi
didaulat menjadi raja yang bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I. Beliau-lah
yang kemudian meletakkan dasar-dasar pemerintahan di Kasultanan Yogyakarta. Di
samping itu, sisi jiwa seni beliau dituangkan ke dalam beberapa
bangunan-bangunan bersejarah, seperti Taman Sari dan Keraton. Namun, Perjanjian
Giyanti ternyata belum menyelesaikan permasalahan, sebab Mas Said terus
mengadakan perlawanan terhadap Belanda.
Baron : Sepertinya kita harus membuat perjanjian dengan
Mas Said. Kita tidak bisa terus-terusan berperang dengannya. Panggilkan Mas
Said untukku!
Figuran 2 : Baik, Tuan! (keluar)
Figuran 2 : (masuk dengan
Mas Said) Saya sudah membawa Mas Said, Tuan!
Baron : Kamu keluarlah!
Figuran 2 : Baik, Tuan.
Raden : Ada apa kau memanggilku?
Baron : Aku punya tawaran untukmu. Ini bacalah! (menyerahkan dokumen)
Raden : Jadi, kau ingin memberiku daerah Kerajaan
Surakarta Bagian timur?
Baron : Begitulah, jika kau mau menghentikan
perlawananmu terhadap VOC.
Raden : Tidak buruk juga. Daerah kerajaan Surakarta
bagian barat diserahkan kepada Sunan Paku Buwono III dan wilayahnya disebut
Kasunanan. Daerah Kerajaan Surakarta bagian timur diserahkan kepadaku dan
wilayahnya disebut Mangkunegara.
Baron : Jadi bagaimana? Kau bersedia?
Raden : Tentu. (menandatangani)
Baron : (bersalaman dan menerima dokumen) Terima kasih
atas kerjasamanya. Mari kuantar kau kembali.
(Raden dan Baron keluar bersama)
Begitulah
akhir dari perlawanan panjang Mangkubumi dan Raden Mas Said. Perlawanan
tersebut berakhir dengan dua perjanjian yaitu perjanjian Giyanti antara VOC
dengan Mangkubumi dan Perjanjian Salatiga antara VOC dengan Raden Mas Said.
Dengan begitu, VOC telah berhasil membagi Kerajaan Mataram menjadi tiga bagian
yaitu Yogyakarta Hadiningrat yang dikuasai oleh Pangeran Mangkubumi, Kasunanan
Surakarta yang dikuasai oleh Sunan Pakubuwono III, dan Mangkunegara yang
dikuasai oleh Raden Mas Said.
Comments
Post a Comment